The project is said to be executed in October. While the tender has been out and the map of the location is being disclosed to the public, the controversy continues to happen.
On August 31st, there was a peaceful protest by United Dayak Alliance in front of parliamentary office. They rejected the government’s plan to bring 20,000 families from Java to Kalimantan as the part of the project. The protesters also demanded government to include and prioritize the Dayaks in the implementation.
However, this is not the only movement. While some organizations are supportive of the project as long as it fulfills their requirements, the environmentalists and activists are still firmly against the project. The tension between the opportunists and conservative leaders cannot be avoided. The main question is coming to the surface: is the food estate project a challenge for the Dayak communities to overcome, or the opportunity that the Dayaks should give a try?
We have asked the youth to express their opinion about the project through Essay Writing Competition. Here are the best four essays written by the youth.
Krisis Kepercayaan dan Upaya Pemerataan Pembangunan melalui Food Estate
Indonesia yang memiliki lima pulau raksasa selama ini hanya menganakemaskan pulau Jawa. Keempat lainnya seolah menjadi anak tiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia seringkali masih bersikap Jawa sentris, pembangunan di dalam dengan di luar pulau Jawa jomplang perbedaannya. Dan food estate, sebenarnya adalah salah satu cara untuk meniadakan ketimpangan itu.
Tantangan Ekologis-Politis sekaligus Peluang Strategis Dibalik Mega Proyek Food Estate
Fokus pemerintah tahun ini lahan 30.000 HA garapan Proyek Food Estate telah berfungsi, meningkat dalam 2 tahun kedepan. Dengan target garapan Proyek Food Estate adalah 20.704 HA di Desa Bentuk Jaya, Kab. Kapuas yang dimana lahan 5.840 HA telah fungsional serta Pulang Pisau 10.000 HA. Dan secara garis besar Kalimantan Tengah ditargetkan dalam 2 tahun telah selesai menyelesaikan Food Estate seluas 165.000 HA yang dimana saat ini telah fungsional seluas 85.500 HA.
Food estate itu terletak di Kalimantan Tengah, tepatnya Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas. Program jangka panjang itu berupa langkah penyediaan lahan baru, rehabilitasi lahan yang ada dengan meningkatkan sarana untuk mendukung produktivitas lahan, terutama dari sisi pengairan dan drainase di lahan berawa.Kawasan pangan ini luasnya 600.000 hektar (6.000 km2), sembilan kali lipat luas DKI Jakarta. Lokasi ini dipilih karena dianggap lebih sesuai dibanding tiga calon lainnya, yakni di Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Merauke, Papua. Salah satu pertimbangannya, sumber daya airnya cukup, lokasinya di tengah wilayah Indonesia, dan dekat dengan calon ibu kota baru di Penajam Utara, Kalimantan Timur
This was a challenge and opportunity that started long ago, namely Food Estate as an idea in an effort to 'uplift' peatlands as productive lands. It only remains how the society, central and regional governments work together to answer these challenges in handling technical, socio-cultural and other obstacles that hinder the running of this program to increase production on peatlands.